Dengan patuh semua
peserta melaksanakan tugas dan bertekad untuk berhasil memenuhi tuntutan dari
panitia. Kami pergi hanya dengan membawa diri tanpa alat komunikasi dan dompet.
Eitt panitia masih berbaik hati kok membekali tiap angkatan dengan sekantong plastic
berisi kue basah yang kemi bawa sebagai salah satu persyaratan menjadi peserta.
Kami ke luar gerbang barak dan berdiri di
pinggir jalan menanti tumpangan yang bisa membawa kami menuju tempat ber”operasi”.
Sebuah truk
berhasil kami cegat, beramai-ramai kami menaikinya. Sayang tak ada kamera yang
merekam aksi ini. Kami turun di separuh perjalanan sebab memang hanya sampai
situlah kami searah. Tidak terlintas dalam benakku untuk memakai bekal kami yang
Rp 3000,- itu untuk biaa transportrasi. Beberapa saat lamanya aku dan
teman-teman berusaha menghentikan beberapa kendaraan angkutan barang yang
sekiranya bisa membawa kami ke pasar Bandungan. Sambil terus melangkah kami
berkelakar dan terus mencoba meminta bantuan kepada para sopir yang melintas. Belum
ada yang mau berbaik hati member tumpangan gratis.
“Masa jalan sampai
sana sih ? “ terdengar gerutuan panjang pendek.
“Pak..pak…” ku
lambaikan tangan menarik perhatian seorang pengemudi mobil. Ah beliau mau
menghentikan laju mobil itu dan menepi.
“Maaf bapak, mau ke
arah Bandungan?” sang bapak mengannguk. “ Boleh kami ikutan bapak ?” bujukku
seraya tersenyum memelas….harap-harap cemas mendapat penolakan lagi.
“Iya, silakan.”
Alhamdulillah! Muat
juga untuk lebih dari 10 orang 2009. Terpaksa kami meninggalkan adek-adek kami
dengan doa semoga lekas mendapatkan tumpangan gratis juga. Bapak yang menyopiri
mobil merah itu sangat baik, ku panggil saja nama beliau Pak Am. Di sepanjang
jalan kami ngobrol, kami buka kartu tentang siapa kami. Ini dia wejangan beliau
yang membuat kami terkekeh, “Jadi mahasiswa tak usah lah pintar-pintar, nanti
malah buat mintarin orang. Tuh liat para koruptor, mereka pintar buat korupsi!”
“Woalah dek, daripada
di Bandungan repot-repot mending ikut saja ke semarang sekalian, ambil uang di
kost dan balik lagi kemari. Cepet beres!” wkwkwkwkwk. Mau ngadalin Panitia nih
? Rugi dong kita musti rogoh kocek sendiri…huhuhu. Selain memberikan kami
guyonan semacam itu sang Bapak juga
Sampailah kami di
area Pasar Bandungan yang penuh dengan buah-buahan. Thanx lotzzzz Sir. Kami
berkumpul untuk membahas strategi juga berdoa bersama. Maka diputuskan bahwa
masing-masing dari kami harus punya patner.
Menit-menit
pertama, kami masih diliputi kebingungan dan keraguan. Berat untuk memulai
langkah awal. Medan yang belum kami kenal dan potensi yang masih tersembunyi
sehingga kami harus berusaha menggalinya lebih dalam. Aku dan partnerku masih
juga sibuk dengan analisis rencana demi rencana.
“uufff, kalau
terus-terusan mikir tanpa aksi yaa gak bakalan menghasilkan apapun….”
“maumu apa ku harus
bagaimana ???” dung dung dung. binun deh. Masih sepi, kita coba berkeliling
mencari pekerjaan yang mungkin bisa kami dapatkan. Ketemulah dengan pasangan-pasangan
partner lain yang sama-sama sedang melakukan “riset pasar”. Kami mencoba
mengusulkan ide-ide yang kami punya dan sepakat untuk berkoalisi :p
Kami mau membuat
KONSER…hehehe ada artisnya kok tinggal bagaimana bisa menarik perhatian
khalayak. Setelah bingung mencari tempat yang kami kira strategis dan tidak
juga ketemu yang pas, akhirnya kami berempat memutuskan untuk menjelajahi satu
persatu tempat berpindah-pindah secara nonmaden.
Dengan kaku kami
menjalaninya. What a shame…..hiks.
Yes, target 4000,-
per orang sudah terpenuhi untuk member di grup kecil kami. Dan masih ada banyak
waktu yang tersisa yang kami rasa bisa untuk menambah endapatan. Kami bertemu
dengan pasangan lain dan mereka setuju untuk bergabung. Maka jadilah kami
berenam ramai-ramai berusaha menggaet lebih banyak uang. Konser sambil jualan…hahahahay!
Tibalah saatnya
berkumpul kembali ke tempat yang telah disepakati saat awal berpencar karena
dagangan sudah habis dan capek telah menghampiri. Dan yang paling penting,
target kami sudah melebihi. That’s over
guys!
Selain uang, kami
juga mendapatkan oleh-oleh gratis dari orang-orang yang baik hati. Dan ketika
sebagian besar 2009 berkumpul..alhamdulillah kami dapat mengumpulkan uang lebih
dari cukup untuk memenuhi tuntutan panitia. Obrolan pun tak bisa dihindari,
senyum dan tawa menghiasi wajah-wajah kami, mengekspresikan betapa uniknya apa
yang baru saja kami dapatkan. Ada yang dapat bonus makan siang, semangkuk
bakso, bahkan plesiran ke bonbin secara gratis.
Sembari menunggu
semua member kembali dengan lengkap kami mengobrol dengan sejumlah orang yang
ada di sana. Kami pun memutuskan untuk segera mencari tumpangan dan kembali secepatnya
ke barak.
“Mobil pick up
yuuk, tadi kan belum ngerasain yang type ini”, ujarku. Dan yah, terpenuhi juga.
Sebuah pick up yang hampir kosong mau member kami tumpangan separuh perjalanan.
Di atas bak mobil yang terbuka itulh kami kembali menikmati bekal dan
menceritakan pengalaman masing-masing. Ada yang jadi cleaning service, jualan,
rewang di warung makan, dan sebagainya. Tentunya dengan bumbu pengalaman lucu
yang membuat tawa kami terus tergelak.
Kebetulan sekali saat
kami kami turun kami mendapati adek angkatan kami juga telah berhasil memenuhi
tuntutan bagi mereka. Kami pun berjalan bersama untuk pulang. Cukup jauh kami
jalan kaki dan tidak menjumpai satu pun kendaraan yang melintas untuk kami
mintai pertolongan. Sesekali aku menoleh ke belakang untuk mengecek, siapa tahu
ada yang datang dari jauh. masih juga nihil.
Udara teramat
sangat sejuk, kabut tampak indah membayangi bukit di sekeliling kami. Tingkat
polusi menurutku sangat rendah. Jalan aspal yang cukup mulus dengan medan yang
turun naik khas pegungungan menambah kesan natural dan damai.
Kelelahan mulai
menjalari kakiku. Sudah kukatakan bukan, fisikku tak begitu tahan. Diduga sebab
kurang olah raga, huff. Aku masih saja berharap ada tumpangan. Dan akhirnya
datang juga mobil pick up yang mengangkut sedikit barang material. Sang Supir
bersedia menghentikan mobilnya sehingga kami bisa naik dengan sedikit brutal
-_- !
***
Kantuk mencoba
mengajakku berdamai dengan karpet alas tidur. Tetapi ini bukan waktunya
memejamkan mata. Kegiatan selanjutnya masih akan berkangsung. Saatnya evaluasi
tugas. Kami kembali berbagi cerita dan meluncurlah berbagai ekspresi, tak ada
duka yang muncul. Semua berhasil bahkan mampu melebihi target.
Congratulation
yaaaa!
***
Acara sore hari
tidak kalah menantang. Panitia mengadakan lomba memasak dengan bahan yang telah
ditentukan. Bumbu yang tersedia hanya cabe dan gula merah. Kami harus memasak beras,
telur, wortel, sawi, sebiji tomat, entah menjadi apa.
Hujan turun dengan
lebatnya disertai angin yang membuat suasana semakin basah. Acara yang semula
direncanakan secara outdoor pun terpaksa diganti indoor. Aku ikut menyibukkan
diri membantu kelompokku menanak beras di atas kompor yang kami buat dengan sederhana.
Hemm, kreativitas baru yang kudapatkan dari seorang ahli yang telah berkelana
ke berbagai daerah.
Beberapa menit
telah berlalu, maskan belum ada yang matang. kami sendiri tak yakin akan
rasanya. Menurutku garam adalah bumbu utama untuk setiap masakan, tetapi
ternyata di sini tak kami dapatkan. Sambal super pedas dengan komposisi cabe
dan gula merah telah tersedia. Tenggorokan seperti terbakar begitu menelannya.
uhuk uhuk… parahnya lagi beras yang telah sekian menit lalu kami panaskan di
atas kompor tak ada yang matang dengan sempurna. ufff. Benar-benar membuat kami
khawatir akn kelaparan malam ini.
Menjelang maghrib,
aktivitas memasak itu harus sudah kami akhiri pun dengan segala sampah yang
kami ciptakan harus sudah bersih kembali. Satu lagi keharusan bagi tiap
kelompok, menghidangkan masakan yang telah dibuat. Ohhhh. That’s not good idea!
Tak yakin deh,
panitia mau ngicipin tuh aneka masakan yang rasanya sungguh mengejutkan.
Penampilan sih kami buat secantik mungkin dengan berbagai aksesoris di piring.
hahahaha, aku sih tetap tak mau tertipu penampilan luar.
***
Gerimis masih menghujani barak tempat kami berteduh. Tapi aku justru memilih untuk keluar, ngadhem. Rencanaku dari awal adalah aku akan pulang kembali ke asrama sore ini agar besuk pagi aku bisa mengikuti tahap kedua seleksi beasiswa yang sedang kucoba. Tapi, rupanya ada yang keberatan memberiku izin. Hatiku jadi tak enak. Ada seorang teman di sana yang kartu ujianya juga ada di bawah tanggung jawabku. Kalau aku gagal kembali dia pun pasti akan gagal juga. Sementara aku tak bisa menghubunginya untuk memberi penjelasan saat ini lantaran ponsel yang ada semua telah "disita".
Aku dirundung kecewa, meskipun hatiku masih berharap pagi-pagi benar besok aku bisa tetap sampai lokasi tes tepat waktu.....
Ada secercah harapan Allah memperkenankan. Tapi entahlah...
Ada secercah harapan Allah memperkenankan. Tapi entahlah...
...to be continued----
0 komentar:
Posting Komentar