RSS
Container Icon

Fire camp Part 2


Dengan patuh semua peserta melaksanakan tugas dan bertekad untuk berhasil memenuhi tuntutan dari panitia. Kami pergi hanya dengan membawa diri tanpa alat komunikasi dan dompet. Eitt panitia masih berbaik hati kok membekali tiap angkatan dengan sekantong plastic berisi kue basah yang kemi bawa sebagai salah satu persyaratan menjadi peserta. Kami ke luar gerbang barak dan  berdiri di pinggir jalan menanti tumpangan yang bisa membawa kami menuju tempat ber”operasi”.
Sebuah truk berhasil kami cegat, beramai-ramai kami menaikinya. Sayang tak ada kamera yang merekam aksi ini. Kami turun di separuh perjalanan sebab memang hanya sampai situlah kami searah. Tidak terlintas dalam benakku untuk memakai bekal kami yang Rp 3000,- itu untuk biaa transportrasi. Beberapa saat lamanya aku dan teman-teman berusaha menghentikan beberapa kendaraan angkutan barang yang sekiranya bisa membawa kami ke pasar Bandungan. Sambil terus melangkah kami berkelakar dan terus mencoba meminta bantuan kepada para sopir yang melintas. Belum ada yang mau berbaik hati member tumpangan gratis.
“Masa jalan sampai sana sih ? “ terdengar gerutuan panjang pendek.
“Pak..pak…” ku lambaikan tangan menarik perhatian seorang pengemudi mobil. Ah beliau mau menghentikan laju mobil itu dan menepi.
“Maaf bapak, mau ke arah Bandungan?” sang bapak mengannguk. “ Boleh kami ikutan bapak ?” bujukku seraya tersenyum memelas….harap-harap cemas mendapat penolakan lagi.
“Iya, silakan.”
Alhamdulillah! Muat juga untuk lebih dari 10 orang 2009. Terpaksa kami meninggalkan adek-adek kami dengan doa semoga lekas mendapatkan tumpangan gratis juga. Bapak yang menyopiri mobil merah itu sangat baik, ku panggil saja nama beliau Pak Am. Di sepanjang jalan kami ngobrol, kami buka kartu tentang siapa kami. Ini dia wejangan beliau yang membuat kami terkekeh, “Jadi mahasiswa tak usah lah pintar-pintar, nanti malah buat mintarin orang. Tuh liat para koruptor, mereka pintar buat korupsi!”
“Woalah dek, daripada di Bandungan repot-repot mending ikut saja ke semarang sekalian, ambil uang di kost dan balik lagi kemari. Cepet beres!” wkwkwkwkwk. Mau ngadalin Panitia nih ? Rugi dong kita musti rogoh kocek sendiri…huhuhu. Selain memberikan kami guyonan semacam itu sang Bapak juga
Sampailah kami di area Pasar Bandungan yang penuh dengan buah-buahan. Thanx lotzzzz Sir. Kami berkumpul untuk membahas strategi juga berdoa bersama. Maka diputuskan bahwa masing-masing dari kami harus punya patner.
Menit-menit pertama, kami masih diliputi kebingungan dan keraguan. Berat untuk memulai langkah awal. Medan yang belum kami kenal dan potensi yang masih tersembunyi sehingga kami harus berusaha menggalinya lebih dalam. Aku dan partnerku masih juga sibuk dengan analisis rencana demi rencana.
“uufff, kalau terus-terusan mikir tanpa aksi yaa gak bakalan menghasilkan apapun….”
“maumu apa ku harus bagaimana ???” dung dung dung. binun deh. Masih sepi, kita coba berkeliling mencari pekerjaan yang mungkin bisa kami dapatkan. Ketemulah dengan pasangan-pasangan partner lain yang sama-sama sedang melakukan “riset pasar”. Kami mencoba mengusulkan ide-ide yang kami punya dan sepakat untuk berkoalisi :p
Kami mau membuat KONSER…hehehe ada artisnya kok tinggal bagaimana bisa menarik perhatian khalayak. Setelah bingung mencari tempat yang kami kira strategis dan tidak juga ketemu yang pas, akhirnya kami berempat memutuskan untuk menjelajahi satu persatu tempat berpindah-pindah secara nonmaden.
Dengan kaku kami menjalaninya. What a shame…..hiks.
Yes, target 4000,- per orang sudah terpenuhi untuk member di grup kecil kami. Dan masih ada banyak waktu yang tersisa yang kami rasa bisa untuk menambah endapatan. Kami bertemu dengan pasangan lain dan mereka setuju untuk bergabung. Maka jadilah kami berenam ramai-ramai berusaha menggaet lebih banyak uang. Konser sambil jualan…hahahahay!
Tibalah saatnya berkumpul kembali ke tempat yang telah disepakati saat awal berpencar karena dagangan sudah habis dan capek telah menghampiri. Dan yang paling penting, target kami sudah melebihi. That’s over guys!
Selain uang, kami juga mendapatkan oleh-oleh gratis dari orang-orang yang baik hati. Dan ketika sebagian besar 2009 berkumpul..alhamdulillah kami dapat mengumpulkan uang lebih dari cukup untuk memenuhi tuntutan panitia. Obrolan pun tak bisa dihindari, senyum dan tawa menghiasi wajah-wajah kami, mengekspresikan betapa uniknya apa yang baru saja kami dapatkan. Ada yang dapat bonus makan siang, semangkuk bakso, bahkan plesiran ke bonbin secara gratis.
Sembari menunggu semua member kembali dengan lengkap kami mengobrol dengan sejumlah orang yang ada di sana. Kami pun memutuskan untuk segera mencari tumpangan dan kembali secepatnya ke barak.
“Mobil pick up yuuk, tadi kan belum ngerasain yang type ini”, ujarku. Dan yah, terpenuhi juga. Sebuah pick up yang hampir kosong mau member kami tumpangan separuh perjalanan. Di atas bak mobil yang terbuka itulh kami kembali menikmati bekal dan menceritakan pengalaman masing-masing. Ada yang jadi cleaning service, jualan, rewang di warung makan, dan sebagainya. Tentunya dengan bumbu pengalaman lucu yang membuat tawa kami terus tergelak.
Kebetulan sekali saat kami kami turun kami mendapati adek angkatan kami juga telah berhasil memenuhi tuntutan bagi mereka. Kami pun berjalan bersama untuk pulang. Cukup jauh kami jalan kaki dan tidak menjumpai satu pun kendaraan yang melintas untuk kami mintai pertolongan. Sesekali aku menoleh ke belakang untuk mengecek, siapa tahu ada yang datang dari jauh. masih juga nihil.
Udara teramat sangat sejuk, kabut tampak indah membayangi bukit di sekeliling kami. Tingkat polusi menurutku sangat rendah. Jalan aspal yang cukup mulus dengan medan yang turun naik khas pegungungan menambah kesan natural dan damai.
Kelelahan mulai menjalari kakiku. Sudah kukatakan bukan, fisikku tak begitu tahan. Diduga sebab kurang olah raga, huff. Aku masih saja berharap ada tumpangan. Dan akhirnya datang juga mobil pick up yang mengangkut sedikit barang material. Sang Supir bersedia menghentikan mobilnya sehingga kami bisa naik dengan sedikit brutal -_- !
***
Kantuk mencoba mengajakku berdamai dengan karpet alas tidur. Tetapi ini bukan waktunya memejamkan mata. Kegiatan selanjutnya masih akan berkangsung. Saatnya evaluasi tugas. Kami kembali berbagi cerita dan meluncurlah berbagai ekspresi, tak ada duka yang muncul. Semua berhasil bahkan mampu melebihi target.
Congratulation yaaaa!
***
Acara sore hari tidak kalah menantang. Panitia mengadakan lomba memasak dengan bahan yang telah ditentukan. Bumbu yang tersedia hanya cabe dan gula merah. Kami harus memasak beras, telur, wortel, sawi, sebiji tomat, entah menjadi apa.
Hujan turun dengan lebatnya disertai angin yang membuat suasana semakin basah. Acara yang semula direncanakan secara outdoor pun terpaksa diganti indoor. Aku ikut menyibukkan diri membantu kelompokku menanak beras di atas kompor yang kami buat dengan sederhana. Hemm, kreativitas baru yang kudapatkan dari seorang ahli yang telah berkelana ke berbagai daerah.
Beberapa menit telah berlalu, maskan belum ada yang matang. kami sendiri tak yakin akan rasanya. Menurutku garam adalah bumbu utama untuk setiap masakan, tetapi ternyata di sini tak kami dapatkan. Sambal super pedas dengan komposisi cabe dan gula merah telah tersedia. Tenggorokan seperti terbakar begitu menelannya. uhuk uhuk… parahnya lagi beras yang telah sekian menit lalu kami panaskan di atas kompor tak ada yang matang dengan sempurna. ufff. Benar-benar membuat kami khawatir akn kelaparan malam ini.
Menjelang maghrib, aktivitas memasak itu harus sudah kami akhiri pun dengan segala sampah yang kami ciptakan harus sudah bersih kembali. Satu lagi keharusan bagi tiap kelompok, menghidangkan masakan yang telah dibuat. Ohhhh. That’s not good idea!
Tak yakin deh, panitia mau ngicipin tuh aneka masakan yang rasanya sungguh mengejutkan. Penampilan sih kami buat secantik mungkin dengan berbagai aksesoris di piring. hahahaha, aku sih tetap tak mau tertipu penampilan luar. 
***
Gerimis masih menghujani barak tempat kami berteduh. Tapi aku justru memilih untuk keluar, ngadhem.  Rencanaku dari awal adalah aku akan pulang kembali ke asrama sore ini agar besuk pagi aku bisa mengikuti tahap kedua seleksi beasiswa yang sedang kucoba. Tapi, rupanya ada yang keberatan memberiku izin. Hatiku jadi tak enak. Ada seorang teman di sana yang kartu ujianya juga ada di bawah tanggung jawabku. Kalau aku gagal kembali dia pun pasti akan gagal juga. Sementara aku tak bisa menghubunginya untuk memberi penjelasan saat ini lantaran ponsel yang ada semua  telah "disita".
Aku dirundung kecewa, meskipun hatiku masih berharap pagi-pagi benar besok aku bisa tetap sampai lokasi tes tepat waktu.....
Ada secercah harapan Allah memperkenankan. Tapi entahlah...

...to be continued----

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar